Teknologi Komunikasi di Era Industri 4.0 dan Tantangannya Bagi Bangsa Indonesia

Muhammad Ridwan Na'im
6 min readSep 11, 2022

--

Oleh : Muhammad Ridwan Na’im — Prodi Teknik Informatika UNPAM

Era industri 4.0 ditandai dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang tidak terkecuali pada bidang komunikasi. Teknologi pada era tersebut telah mempengaruhi pola komunikasi manusia dan berperan penting dalam berbagai sektor mulai dari rumah tangga, industri hingga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Alat-alat komunikasi tradisional seperti asap, kentungan, telegraf dan surat telah tergantikan dengan teknologi yang lebih modern, mudah diakses dan lebih cepat seperti smartphone, televisi, radio dan komputer. Dalam hal ini internet menjadi salah satu sarana yang memiliki peran penting dalam menjalankan teknologi komunikasi modern. Internet seolah-olah sudah menjadi kebutuhan primer manusia saat ini dalam menjalani kehidupannya. Memang pada awalnya internet menjadi sarana yang mahal dengan koneksi yang sangat lambat dan hanya bisa diakses oleh orang-orang atau kelompok tertentu. Namun seiring perkembangan teknologi, konektivitas internet semakin cepat, semakin murah dan bisa diakses oleh semua orang.

Dengan sarana tersebut, manusia dapat berkomunikasi jarak jauh lintas negara bahkan benua secara real time. Salah satu contoh yang kita sering temukan atau bahkan kita alami adalah teknologi komunikasi secara teleconference. Teknologi ini semakin familiar semenjak merebaknya pandemi Covid-19 sejak tahun 2019. Teknologi teleconference memungkinkan manusia untuk berkomunikasi secara audio-visual secara real time, di mana pun dan kapan pun jika kita memiliki koneksi internet. Berbagai sektor mulai dari ekonomi, sosial, pendidikan, hingga pemerintahan telah menerapkan teknologi ini untuk berkomunikasi dan berkoordinasi demi meminimalisir penyebaran virus Covid-19.

Penggunaan teleconference dalam sektor pemerintahan (teknologi.bisnis.com)

Pada bidang ekonomi, industri 4.0 berperan aktif dalam mempengaruhi jalannya sebuah perusahaan. Sebagai contoh, dahulu untuk melamar sebuah pekerjaan, calon karyawan harus mengirimkan surat lamaran beserta persyaratannya melalui kantor pos atau bahkan langsung datang ke perusahaan yang dituju. Namun ketika dimulai era industri 4.0, kebiasaan tersebut mulai ditinggalkan oleh banya perusahaan. Calon karyawan dapat mengirimkan lamarannya melalui surat elektronik (email), bahkan dalam proses wawancara, sudah banyak perusahaan menggunakan teknologi teleconference. Hal ini membuat proses penerimaan karyawan menjadi lebih efektif dan efisien.

Teknologi komunikasi lainnya yang familiar dan erat kaitannya dengan manusia modern adalah smartphone. Smartphone adalah teknologi komunikasi nirkabel yang sukses menggantikan pendahulunya yaitu telepon kabel dikarekan bentuk fisiknya yang lebih kecil, tidak menggunakan kabel, dan dapat dibawa ke manapun. Tidak hanya itu, beragam sarana komunikasi seperti layanan SMS (Short Message Service), sosial media, koran digital, surat elektronik, dan teleconference sudah hadir dalam smartphone. Kemampuan konektivitas teknologi nirkabel juga mengalami perkembangan yang pesat. Pada awalnya teknologi pager, perlahan berubah menggunakan sinyal CDMA, dan seterusnya hingga yang terbaru saat ini adalah sinyal 5G sehingga proses komunikasi menjadi lebih cepat.

Dalam dunia pendidikan, proses belajar mengajar dan komunikasi antara pendidik dan peserta didik perlahan mulai mengalami perubahan dari sistem pembelajaran tatap muka hingga hybrid (gabungan secara daring dan luring). Sistem ini telah diterapkan mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi atau universitas. Tidak menutup kemungkinan bahwa proses belajar mengajar akan dilakukan secara daring secara menyeluruh. Hal ini memungkinkan pula jika ada peserta didik atau pendidik yang tinggal di luar domisili lembaga pendidikan, atau bahkan di luar negeri ikut andil dalam proses belajar mengajar tanpa harus hadir secara fisik di lembaga pendidikan tersebut.

Penerapan sistem pembelajaran secara hybrid (sman3pkp.sch.id)

Dari contoh kejadian di atas maka dapat disimpulkan beberapa kelebihan dari Teknologi Komunikasi era Industri 4.0, yaitu:

  1. Membuat proses komunikasi menjadi lebih mudah dan efisien.
  2. Informasi dapat lebih cepat diterima.
  3. Dalam dunia pendidikan, kegiatan belajar mengajar mengalami perkembangan yang signifikan dan mempermudah adanya pertukaran pelajar antar negara.
  4. Dalam bidang pemerintahan, memudahkan terwujudnya proses e-goverment di mana jalannya roda pemerintahan terjadi secara digital dan terkomputerisasi.
  5. Dalam bidang ekonomi, memudahkan proses pemasaran dan membantu mengurangi angka pengangguran dengan tersebarnya informasi lowongan pekerjaan secara mudah.
  6. Mempermudah pendistribusian karya-karya anak bangsa seperti musik, film, fashion maupun furniture ke negara-negara tetangga maupun negara-negara berbeda benua yang mana akan memperkuat identitas negara serta membuat negara semakin dikenal oleh dunia.

Namun di samping kelebihannya yang begitu luar biasa, teknologi komunikasi modern juga memiliki dampak negatif bagi manusia. Di antaranya:

  1. Manusia cenderung memilih berkomunikasi melalui ponsel ketimbang datang langsung untuk bertemu secara tatap muka. Hal tersebut dapat mengurangi kualitas dari komunikasi tersebut dan manusia akan cenderung lebih individualis dan anti sosial.
  2. Pertukaran budaya yang disebabkan oleh proses komunikasi berpotensi membuat seseorang akan mencintai budaya asing ketimbang budayanya sendiri.
  3. Penurunan moral disebabkan oleh terlalu mudahnya informasi negatif tersebar seperti pornografi, kekerasan, dan budaya buruk lainnya.
  4. Budaya instan yang ditimbulkan dari kecanggihan teknologi saat ini menyebabkan manusia kurang bergerak dan berolah raga sehingga lebih mudah terkena penyakit dan menimbulkan sifat malas.
  5. Maraknya kejahatan siber seperti social engineering, peretasan, pencurian data dan penyadapan.

Internet sebagai salah satu sarana penunjang komunikasi berdampak besar terhadap pola hidup bermasyarakat. Bagaikan dua mata pisau, sarana penunjang ini memiliki dampak positif dan negatif sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Dampak negatif dari kemajuan teknologi komunikasi bisa berakibat pada hilangnya identitas bangsa. Bangsa Indonesia yang diidentikkan dengan gotong royong, mulai berubah menjadi bangsa yang individualis. Selain itu, pertukaran budaya antar negara melalui media televisi dan internet juga berdampak serius pada budaya bangsa Indonesia yang dikenal sopan dengan adab ketimurannya. Yang paling terlihat adalah ketika budaya barat mulai diadopsi oleh anak bangsa sehingga perlahan menggerus budaya asli dari Indonesia itu sendiri. Maka, pemerintah harus hadir dengan melakukan counter terhadap budaya luar terutama budaya negatif yang bertentangan dengan nilai moral bangsa dan bertentangan dengan Pancasila.

Selain tantangan dalam aspek sosial dan budaya, Indonesia dihadapkan oleh tantangan dari sisi infrastruktur dan keamanan komunikasi. Sebagai contoh kasus, ketika terjadi pandemi Covid-19, sistem pembelajaran dilakukan secara daring. Bagi masyarakat perkotaan mungkin akan sangat mudah mengakses sumber daya yang dibutuhkan seperti perangkat smartphone, komputer, dan internet. Namun bagi masyarakat di pedesaan, bisa jadi sumber daya tersebut sulit diakses. Pada tahun 2020, Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam situsnya merilis jumlah wilayah Indonesia yang belum terjangkau sinyal selular. Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI), Anang Latif menyampaikan, hingga saat ini masih ada sekitar 11 persen wilayah Indonesia yang belum terhubung sinyal seluler. Sebelas persen wilayah tersebut terdiri dari 5.300 desa, di mana 3.500 desanya berada di wilayah Papua. Maka diperlukan komitmen dari pemerintah untuk membangun infrastruktur penunjang komunikasi agar masyarakat Indonesia bisa bersaing dan tidak tertinggal dengan negara lain.

Aspek keamanan komunikasi juga menjadi hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan. Lemahnya sistem keamanan komunikasi akan menjadi ancaman bagi bangsa. Di antara ancaman serius terhadap komunikasi adalah penyadapan. Dalam dokumen yang dibocorkan whistleblower Edward Snowden, mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat, Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY) disadap Australia. Berdasarkan laporan yang dimuat The Guardian dan ABC, Senin 18 November 2013, disebutkan SBY bersama 9 jajaran petinggi negara, termasuk Wakil Presiden Boediono dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menjadi target penyadapan pada tahun 2009.

Bahkan pada tahun 2022, terjadi kebocoran data yang sangat masif terhadap data-data krusial di Indonesia seperti kasus kebocoran data NIK, data pelanggan PLN, data pelanggan indihome, data 1,3 Miliar pengguna SIM Card hingga dugaan kebocoran data BIN (Badan Intelejen Negara) yang kemudian dibantah.

Hal ini membuktikan sangat lemahnya keamanan sistem informasi dan komunikasi Indonesia. Maka hal tersebut wajib diperhatikan oleh stakeholder terkait terutama di sektor kritis seperti pemerintahan dan militer yang menyangkut rahasia negara.

Dari sisi kualitas sumber daya manusia, Indonesia juga memiliki tantangan yang besar, karena masih banyak masyarakat Indonesia yang belum “melek teknologi” bahkan hingga kalangan aparatur sipil negara. Maka diperlukan pelatihan tentang teknologi secara masif demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

Kesimpulannya, Indonesia masih harus banyak berbenah dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0. Peningkatan kualitas pendidikan, infrastruktur, keamanan informasi dan komunikasi dan pengembangan sumber daya manusia menjadi kunci agar Indonesia bisa mengikuti perkembangan teknologi, khususnya teknologi komunikasi. Dengan demikian, bangsa Indonesia dapat bersaing dengan bangsa lain dengan tetap berpegang teguh terhadap identitas dan budaya bangsa Indonesia.

Referensi:

https://talkactive.id/perkembangan-media-komunikasi-dari-berbagai-zaman/

https://kominfo.go.id/content/detail/13604/11-persen-wilayah-indonesia-belum-terjangkau-sinyal-seluler/0/sorotan_media

--

--